Sumbersari.net- Hari ini merupakan hari paling berbahagia bagi Moh Bakar. Setelah menjalani lika-liku masa kuliahnya di Al-Azhar Cairo, ia dapat menyelesaikan jenjang studi S1-nya di Universitas Islam terbaik di dunia tersebut, Selasa (19/11).
Berbekal do’a restu dari para guru, ayah dan keluarga besarnya, Sumbersarian angkatan 2018 tersebut menapakkan langkah kakinya untuk pertama kalinya di Mesir pada 03 Desember 2018 lewat seleksi masuk Kemenag RI.
Suka dan duka ia jalani bersama mahasiswa Mesir (Masisir) seperjuangan di bumi Kinanah tersebut, membuka lembaran hidup baru di negeri orang, belajar berinteraksi dengan para pengajar dan masyarakat di lingkungan baru dengan bahasa Arab fusha dan ‘amiyah.
Ia sadar bahwa ia sampai di negeri seberang bukan barang mudah untuk sekadar berleha-leha dan bermain-main santai, tetapi untuk belajar memenuhi segala tumpuan dan harapan besar.
Saat dirinya giat-giatnya berkutat dengan kitab-kitab pelajaran, berita duka datang dari negeri seberang, Indonesia. Secara tiba-tiba bapaknya, H Niju, tempat dirinya menyandarkan masa depan hidupnya dipanggil Sang Mahakuasa. Hatintya terpukul, semangatnya hancur lebur, Kedua orang tuanya satu persatu telah meninggalkannya menjadi sebatang kara. Beruntung ia masih dikelilingi orang-orang baik di sekitarnya.
Tampak keluarga besar sebelum memasuki aula Convocation Ceremony PPMI Mesir 2024
Siapapun akan mengalami ujian demi ujian, yang berbeda tingkatan dan sikap seorang hamba dalam menghadapi bentuk ujian. Mantan Ketua Forum Studi Keluarga Madura (Fosgama) Mesir ini cepat bangkit dari keterpurukan, belajar lebih tekun. Dan saat ini ia telah menamatkan studi strata satunya dengan diwisuda. Sayang ia tidak dapat mempersembahkan kado istimewanya untuk sang ayah tercinta.
Kisah pilu di atas juga dialami Sumbersarian angkatan 2018 lainnya, Khoirul Anam, Lc. Di saat ia belajar di Jurusan Tafsir dan Ilmu-ilmu Al-Qur’an Fakultas Ushuluddin, ia ditimpa ujian sakit, berbolak-balik ke dokter dengan pengurusan medis yang jilemet di negeri Piramida Fir’un tersebut. Ia harus cuti belajar karena harus pulang menjalani operasi di Indonesia dan didiagnosa penyakit lain, yaitu gelenjar TBC. Ia disarankan menjalani rawat jalan dan menetap di rumah dalam beberapa bulan, fisiknya lemah dan lemas.
Para wisudawan mengikuti rangkaian acara
Khoirul Anam mempunyai prinsip bahwa belajar di negeri para Nabi tersebut adalah sebuah anugerah besar dan tidak boleh disia-siakan, targetnya jelas bagaimana fokus belajar sebagai tujuan pertama dan utama agar tidak menyesal kelak di kemudian hari sesudah pulang.
Di luar kesibukan kuliahnya yang padat, ia meluangkan waktunya untuk talaqqi hafalan Al-Qur’an dan mengambil Qiraah dengan menaiki angkutan umum pada Syekh Asyrof Hamid Hasanain Al-Ja’fari, ulama ahli qiraah, pemegang sanad Qiraah ‘Asyroh.
Wisuda Part 1 Al-Azhar yang diikuti 36 Negara
Sekarang ia bisa tersenyum lebar, hari-hari pahit lewat berujung manis, masa-masa sulit dapat teratasi, rasa lelah terobati. Di penghujung tahun ini, ia dapat merampungkan gelar Lc (licence) di Al-Azhar As-Syarif, kesempatan yang tidak mudah dimiliki orang lain, mempersembahkan hadiah spesial tersebut pada kedua orang tuanya.
Harapan dan cita-cita mesih panjang membentang, kedua putra terbaik Sumber Sari di atas menginginkan untuk memperluas cakrawala dan khazanah keilmuannya, melanjutkan S2 di universitas bergengsi di atas.
Koirul Anam mengikutu wisuda Part 2 PPMI Mesir
Semoga kegigihan keduanya menjadi pelecut semangat bagi adik-adiknya, memperioritaskan pendidikan sebagai bekal dunia akhiat. Amin.
(*)