Sumbersari.net- Lawatan Grand Syekh Al-Azhar Ahmed Thayyeb ke lembaga Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sebelum tolak dari Indonesia (11/7/24) merupaka lawatan krusial yang membawa isu dan misi kemanusiaan seputar konflik berkepanjangan di Palestinaٜٜ.
Acara kemanusiaan dikemas dengan tema “Membasuh Luka Palestina” digagas seiring terus memanasnya stabilitas keadaan di Gaza dan belum menemukan titik penyelesaian. Pada kesempatan tersebut, Dr. KH Noor Achmad selaku ketua BAZNAS RI menyerahkan bantuan kemanusiaan masyarakat Indonesia sebesar 2 miliar USD, atau kalau dikonversikan ke mata uang rupiah sebesar 32,7 miliar. Bantuan yamg tidak sedikit tersebut disalurkan lewat Bayt Zakat Wa As-Shadaqaat (بيت الزكاة والصدقات), lembaga resmi yang mempunyai jaringan luas dibawah naungan Syaikhul Azhar.
Pada sambutannya, Grand Syekh memaparkan perlunya mengintensifkan kerja sama antar Al-Azhar dan BAZNAS dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina, memobilisasi bantuan dalam menyelamatkan anak-anak, perempuan dan orang tua tidak bersalah yang menjadi sasaran penyerangan.
Muchlis Hanafi (dua dari kiri), alumni Al-Azhar, penerjemah Presiden saat kunjungan Raja Salman Al-Saud di Indonesia (2017)
Syaikhul Azhar tersebut menekankan pentingnya perluasan kerjasa sama, pemulihan pembangunan gedung kesehatan, bangunan pembelajaran yang roboh akibat dampak agresi bersekala besar. Beliau berharap agar semua pihak bergandengan tangan untuk membantu saudara-saudara yang lemah di Gaza sampai adanya penyelesaian.
Setitik Nila Merusak Susu Sebelanga
Berselang tiga hari dari pengumpulan donasi sosial untuk rakyat Palestina yang mengharu-biru di BAZNAS bersama Grand Syekh tersebut, tiba tiba ada lima pemuda kader Nahdiyin bertemu dengan Presiden Israel, Isaac Herzog di istana kepresidenan, sebuah pertemuan yang menodai dan mencederai usaha Umat Islam untuk membantu Palestina dengan segala kekuatannya. Mereka sepertinya tidak mempunyai rasa kepedulian (sense of care) di dalam hatinya pada penderitaan rakyat Palestina, tidak terbersit kemarahan sedikitpun pada agresi brutal penjajah Israel. Mereka tidak menyadari bahwa tindakannya yang konyol menyayat hati rakyat Palestina semakin dalam.
Foto bersama Presiden Israel sudah menggambarkarkan banyak cerita relasi
Kelima pemuda tersebut di antaranya:
1. Dr. Zainul Maarif; 2. Syukron Makmun; 3. Munawir Aziz; 4.Nurul Bahrul Ulum; 5. Izza Annafisah Dania. Kelima akademisi tersebut merupakan jebolan pendidikan keagamaan, dan dua di antaranya mengenyam pendidikan di Universitas terkemuka di Timur Tengah.
Kelima aktifis tersebut harus diminta pertanggun-jawaban untuk meminta maaf secara terbuka oleh almamater dan organisasi masing-masing. Permintaan maaf tersebut penting agar tidak menjadi alasan bagi Israel akan komitmen rakyat Indonesia pada Palestina yang tanpa batas, dan bertindak lebih brutal. Jika tidak bisa mempertanggung-jawabkan perbuatannya, mereka harus dikeluarkan dari keanggotaan alumni institusi dan organisasi masing-masing, dan tidak diperkenankan membawa-bawa nama almamater yang telah menanamkan nilai-nilai mulia di dadanya.
Tindakan dan sanksi tersebut agar memberi efek jera bagi para aktifis dan akademisi lainnya untuk tidak menari-nari di atas penderitaan orang lain, memberikan applause pada penjajah Israel.
Sumbersari.net