Sumbersari.net- Islam merupakan agama yang damai, keselamatan dan kasih sayang. Ia dibangun atas dasar dan prinsip kemanusiaan, kerukunan, kesadaran, cinta dan harmoni. Ia tidak ditegakkan dengan pedang, kekerasan, dan pertumpahan darah kecuali dalam kondisi dan situasi tertentu yang sifatnya mendesak.
Dalam forum Interfaith And Intercivilization Reception (حوار الاديان والحضارة), atau Dialog Lintas Agama Dan Peradaban yang diseleggarakan oleh PBNU dan Kemenag RI di Hotel Pullman Jakarta (20/7/24), Grand Syekh Al-Azhar Syekh Ahmed At-Tayyeb mengawali pidatonya sebagaimana disiarkan penuh oleh TVNU:
الإسلامُ لَا يُبيحُ للمسلمينَ أَن يُشهِرُوا السِّلَاحَ إلَّا في حالةٍ واحدةٍ؛ هي دفعُ العدوانِ عنِ النفسِ والارضِ والوطنِ
“Islam tidak memperbolehkan umatnya mengangkat senjata kecuali dalam satu hal; mempertahankan jiwa dan tanah air dari rongrongan musuh.”
Suasana di panggung utama
Islam sebagai agama yang universal melintasi tritorial agama dan peradaban, didasarkan pada nilai-nilai mulia, komunikasi yang terbuka, saling memahami dan saling menghargai, berpijak pada kasih sayang dan persaudaraan yang lebih luas (ukhuwwah insaniyah). Grand Syekh melanjutkan:
وَلَم يَحدُث قطُّ أن قَاتَلَ المسلِمونَ غيرَهم لإجبارِهِم علی الدخولِ في دينِ الاسلامِ، لأنّ الإسلامَ لَا يَنظرُ لغيرِ المسلمينَ من منظورِ العداءِ والتوجُّسِ والصِّراعِ، بل من منظورِ المودةِ والأخوةِ الإنسانيةِ
“Dan dapat dipastikan tidak pernah terjadi, umat Islam berkelahi dengan agama lainnya untuk memaksa masuk agama Islam, sebab Islam memandang agama lainnya tidak dengan pandangan permusuhan, kecurigaan dan perselisihan, namun memandangnya dengan bentuk kasih sayang dan persaudaraan kemanusiaan.”
Sayyid Zulfikar Basyaiban, Qari’ pada acara Dialog Antar Agama dan Peradaban
Hiwarul Adyan Walhadharah merupakan acara inti dari rangkaian kunjungan Grand Syekh Al-Azhar di Indonesia. Forum bergengsi tersebut diikuti jajaran Pengurus Besar Nahdhatul Ulama, tidak kurang dari tiga ratusan rektor, seribu lebih kader, umat beragama dari Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Khonghucu.
Konsep keseimbangan (wasathiyah) yang diusung Grand Syekh menggambarkan Islam yang terbuka untuk berdialog dengan agama apapun dan peradaban manapun. Term wasathiyah sebagai jalan tengah dalam perbedaan, tidak melampaui batas, terlalu ke kanan atau terlalu ke kiri. Keterbukaan dialog di atas bisa merupakan hal yang berhubungan dengan hajat hidup semisal keamanan, keadilan, kesejahteraan, lingkungan.
Standar wasathiyah pada prakteknya di lapangan terkadang salah diinterpretasikan dengan moderasi yang berhubungan dengan hal-hal fundamental dalam keyakinan bragama, semisal menganggap bahwa semua agama itu benar.
Bersambung…