Tarhib Ramadhan 3

 

Tarhib 3

……،

وبِهذا تعلمُ أنّ صيامَ كثيرٍ مِن الناسِ لا يُعَدُّ صيامًا حقِيقيًّا فِي نظرِ الشرعِ الشريفِ، لِأنَّ الواحدَ منهم يَترُكُ شَهوَتَي البطنِ والفرجِ، ولكِنّه يرسلُ نظرَه فِي المَحارمِ، ويَفتِكُ فِي أعراضِ الناسِ بِلسانِه الصارمِ،  ورُبّما بَطَشَ بِيدَيهِ ورِجلَيهِ، وأتی بِالغِيبَةِ والنَّميمة ولم يُراقبِ اللهَ تعالی، ويكونُ صيامُه الذي يرجو بِه الثوابَ مِن أعظمِ المَعاصي التي تحتاجُ إلی الإستغفارِ، فإنّ اللهَ غنِيٌّ عن تعذيبِ هذا نفسِه، ولا حاجةَ له سبحانه فِي تركِ طعامِه وشرابِه، مع ارتِكابِه لِمعاصيهِ ومخالفاتِهِ

فإنّ النبيَّ قال لِلمُسيئِ صلاته: إرجَع فصلِّ فإنك لم تُصَلِّ، فلم يُسمّها صلاةً، وإن كانت صورتُها الظاهريّةُ تقتضِي ذلك، لِأنه لم يُحسِنِ القيامَ بها، ولم يترتّب عليها أثارُها، فصارَ وجودُها كعدمِها بل ربما ترتب علی وجودها ذنبٌ عظيمٌ، لإستِهانتِه بِربِّ العالمين. فلِذا أمرَه بِإعادتِها

فنقولُ لِهذا الصائِم، إنك لم تصُم، فيكفيهِ خَيبةٌ ونَدامةٌ أنه خسّر عبادةَ ربّه، وعذَّبَ نفسَه ولم يُقم بِواجبٍ. فعسی ان يتوبَ ويقلعَ إن كان مِمّن يعقِلون، ويرحمُ اللهُ القائلَ

إذا لم يكُنْ في السمعِ مِنّي تصاونٌ

وفي بصرِي غَضٌّ وفي منطقي صَمتُ

فحظّي إذًا مِن صومي الجوعُ والظّما

وإن قلتُ: إنّي صُمتُ يومي، فما صُمتُ

ُوقال أخر

لا تجعلَنْ رمضانَ شهرَ فُكاهةٍ

حتّی تُقَضَّی بِالجميلِ فُنونُه

واعلم بِأنَّك لن تفوزَ بِأجرهِ

حتّی تكونَ تصومُه وتصونُه

 

……, Dengan ini kalian bisa melihat, bahwa puasanya kebanyakan orang pada hakikatnya tidak dianggap puasa dalam pandangan syariat, mengingat sebagian dari mereka hanya meninggalkan syahwat perut (tidak makan) dan syahwat farji (jima’) sementara di sisi lain membiarkan pandangannya terhadap hal yang diharamkan, menyerang kehormatan orang lain dengan ketajaman lisannya, berulah dengan kedua tangan dan kakinya, membicarakan kejelekan orang lain, gemar mengadu domba, tidak muraqabah kepada Allah (tidak merasa diawasi oleh-Nya), sehingga bagian puasanya tinggal lapar dan haus. Ibadah puasa yang seharusnya diganjar pahala berujung maksiat yang menuntutnya ber-istighfar pada Allah, sementara Ia maha kaya dari menyiksa demikian dan tidak ada hajat dalam melihat usahanya meninggalkan makan dan minum (puasa) karena perbutan maksiatnya.

Sesungguhnya Nabi Muhammad Saw bersabda kepada orang yang lalai dalam shalatnya, “ulangi dan shlatlah kembali sesunggunya engkau tidak shalat,” meskipun secara dhahir tampak gerakan shalatnya, akan tetapi orang tersebut tidak meperbaiki hak-haknya dalam melaksanakannya, tidak ada bekas yang mengiringi, shalatnya seperti tidak shalat, bahkan mendatangkan dosa besar karena penghinaannya pada Allah. Karena alasan di atas, Nabi memerintahkan orang tersebut untuk mengulangi shalatnya.

Kami (Sayyid Alawi Abbas Al Maliki) berkata kepada orang yang berpuasa juga yang lalai, engkau sebenarnya tidak berpuasa. Yang ada kekecewaan dan penyesalan, merugikan pekerjaan ibadahnya, menyiksa dirinya dan tidak melaksanakan kewajiban puasa, seharusnya cepat bertaubat bila termasuk orang-orang yang berpikir. Semoga Allah mengasihi seorang yang berkata dalam syairnya:

Jika dalam pendengaranku tidak ada penjagaan,

Pendengaran dan ucapanku tidak ada kendali.

Bagian puasaku hanyalah lapar dan dahaga,

Meski aku berkata “berpuasa” sebenarnya tidak.

Penyair lainnya berkata:

Jangan jadikan ramadhan bulan canda tawa,

Paripurnai macam obrolan dengsn indah.

Engkau tidak akan mendapatkan pahalanya,

Samapi kau berpuasa dan menjaganya.

مراجع

فتح القريب المجيب علی تهذيب الترغيب والترهيب، للسيد علوي عباس المالكي، ١٤٤ ١٤٥

 

 

 

Tarhib 2

Hikmah Puasa

وحكمتُه: تصفيةُ مِرأٓةِ القلبِ مِن كُدوراتِ البشريةِ، والتَّشبُّهُ بِالملائكةِ الروحانيةِ، والتعرُّضُ لِنفحاتِ اللهِ ورحماتِهِ، ومغفرةُ الذنوبِ، وإجابةُ الدعواتِ، واكتسابُ الحسناتِ، وتنقِيةُ الصحائفِ مِن المخالفاتِ، والخضوعُ لِله عزَّ وجلَّ، والتهجُّدُ فِي لَياليهِ والتَّحرَّی لِليلةِ القدرِ العظيمةِ، وتذكُّرُ الفقراءِ عند الإحساسِ بِألمِ الجوعِ، وكَبحِ جِماح النفسِ عنِ الإسترسالِ فِي اللذَّاتِ، والتعوُّدُ علی الصبرِ والمَكارِهِ، وتذكيرُ العبدِ بِحاجتِهِ لِيَسير الطعام والشراب، مَع غِنی مولاهُ الواحدِ الصَّمدِ، وإبقاءُ الفِكرةِ، وإنقاءُ البصيرةِ

 

Hikmak Kandungan Puasa: menjernihkan cermin hati dari kekotoran sisi kemanusiaan, menyerupakan diri dengan para malaikat sisi keruhanian, menerima karunia dan rahmat Allah, pengampunan dosa, diterimanya doa-doa, beramal kebaikan, membersihkan lembaran-lembaran yang menyalahi, berserah diri kepada Allah, bertahajud di malam-malamnya dan mencari kemuliaan malam lailatul qadar, simpati pada kaum fakir dengan ikut merasakan perihnya kelaparan, menahan kerasnya hawa nafsu dari membiarkannya pada kenyamanan, membiasakan bersabar dan pada yang tidak disenangi, mengingatkan hamba terhadap kebutuhannya dan kemahakayaan Allah, terus berpikir, dan menjernihkan pengetahuan (bashirah).

 

Fathul Qariibil Mujiib ‘ala Tahdziibit Targhiib wat Tarhib, Sayyid Alawi Abbas Al Maliki, 144

Kultum Ramadhan 1

Tarhib 1

قال الله تعالی: يَأَيُّهَا الَّذِّينَ ءَامَنُو كُتِبَ عَلَيكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَی الَّذِينَ مِن قَبلِكُم لَعَلَّكُم تَتَّقُونَ البقرة :١٨٤

يَعنِي: يَأَيُّهَا الذين صَدَقُوا بِاللهِ ورسولهِ فُرِضَ عليكم صِيامُ رمضانَ، كَما فُرِضَ علی الذين مِن قبلكم مِن الاُمَمِ، لعلكم تَبتعِدون بِصيامِهِ عنِ المَعاصِي، وتَجتنِبون المُخالَفاتِ، لِأنه يكسرُ الشهوةَ التي هي مَبدَأُ ذلِك. وَنَادَاهم بِوَصفِ الإيمانِ، إلزامًا لهم بالعملِ بما فُرض عليهم حيثُ أمنوا

وبَيَّنَ أنَّه مفروضٌ علی مَن قبلَنا تسهيلًا علی النُّفوسِ وتمرينًا لَها، وتنبيهًا علی أنه سنّةُ اللهِ تعالَی التي جَرَت في عبادهِ مِن قبلُ، وَنَهيًا لنا عن تَحريفِ ما فُرض علينا بزيادةٍ أو نُقصانٍ كما حرَّفه مَن قبلنا

“Wahai orang-orang beriman! Diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.”

Yakni, hai orang-orang yang membenarkan Allah dan rasulNya, telah diwajibkan puasa ramadhan sebagaimana diwajibkan kepada umat-umat sebelum kalian, agar kalian dengan berpuasa menjauhi maksiat, meninggalkan hal-hal yang menyalahi, sebab puasa dapat mengendalikan syahwat, di mana ia merupakan sumber segala kemaksiatan.

Poin-poin yang terkandung di dalamnya:

1. Allah memanggil dengan sifat keimanan “hai orang beriman” sebagai ketetapan bagi mereka untuk melaksanakan kewajiban sebagai orang beriman.

2. Allah menerangkan bahwa ibadah puasa diwajibkan atas umat-umat sebelumnya untuk mempermudah dan melatih jiwa, mengingatkan bahwa puasa merupakan sunnatullah yang berlaku sbelumnya, dan larangan untuk merubah sesuatu yang telah diwajibkan baik dengan menambah atau mengurangi sebagaimana telah dirubah orang-orang sebelumnya.

 

Diterjemahkan dari kitab:

Fathul Qariibil Mujiib ‘alaa Tahdziibit Targhiib wat Tarhiib, Sayyid Alawi Abbas Al Maliki, 143

Think Active Do Productive

Perpikir Aktif Bertindak Produktif

Think Active Do Productive 

التفكير بنشاط والعمل بشكل منتج

Tema Milad PP Nurul Muttaqin Sumber Sari yang ke-46 mengusung tema besar di atas sebagai perubahan mindset dan cara pandang, sikap dan tindakan.

Perpikir aktif bagaimana kita semua mengaktifkan nalar dan pikiran dengan sekuat tenaga, melihat dengan jeli, memfungsikan akal dengan seksama, mencari jalan keluar, mengulah dan menentukan suatu keputusan dengan benar.

Perbedaan mendasar antara manusia dengan makhluk lainnya, manusia diberikan keistimewaan oleh Allah akal pikiran. Singa merupakan raja hutan yang ditakuti oleh hewan lainnya karena kebuasan dan kehebatannya, namun sehebat-hebatnya singa tetap kalah dengan kehebatan manusia. Begitu juga unta, gajah yang kuat dan besar tetap kalah dengan kekuatan manusia yang berfisik kecil karena manusia dilengkapi akal dan pikiran. Dengan pikirannya, manusia bisa bersatu padu, berembuk dan berencana, membuat kegiatan, membangun bangunan Burj Khalifah Dubai bertingkat 163, hal yang tidak bisa dilakukan oleh makhluk lainnya.

Milad 46 PP Nurul Muttaqin Sumber Sari mengajak kita untuk berpikir aktif dan keras, menyadari kehebatan dan kekuatan yang dianugerahi oleh Allah swt.

Bertindak produktif bermakna pikiran tidak cukup, rencana tidak cukup tapi harus disertai tindakan dan aksi. Tindakan yang biasa-biasa saja tidak cukup tetapi harus produktif, terukur, terencana, teratur rapi, tersusun, tersistem dan terorganisir.

Ala kulli hal, setiap program, kegiatan ysng kita laksanakan hari ini dan nanti dimulai dari suatu pemikiran. التفكر وسيلة في طلب حقائق الأشياء

Apakah kita tetap ingin perpangku tangan, diam, menunggu dan malas-malasan di tempat?

(*)

Gema Sholawat Nariyah Jawa-Madura

PAMEKASAN- (11/03/23) Gema Sholawat Nariyah melangit dan membahana riuh pada Harlah Sholawat Nariyah Jawa-Madura di langit PP. Nurul Yaqin Gunung Sari, pesantren yang didirikan oleh KH. Muhammad Imam bin Abdul Kabir, salah satu penggagas gema sholawat nariyah.

Pembacaan shalawat nariyah sebanyak 4.444.444 dihadiri oleh puluhan ribu jamaah dari kalangan habaib, ulama, umaro’ dan masyarakat umum. Hadir pada acara tersebut KH. Kholil As’ad Samsul Arifin, KH. Zainuri Sufyan, KH. Abd. Qodir Muhammad, Habib Muhdor, Habib Alwi, presiden Majelis Sholawat Syabab, KH. Mahfud Arif, dan ratusan ulama lainnya.

KH. Kholil Muhammad dalam sambutannya sebagai shohibul hajah menyampaikan bahwa dirinya jauh-jauh hari menyiapkan acara di atas sampai-sampai membangun pendopo baru di tempat kediaman ayahandanya demi kenyamanan dan kelancaran acara Harlah Sholawat Nariyah.

Sementara KH. Kholil Asa’ad Samsul Arifin, pengasuh PP. Bumi Sholawat Situbondo menekankan pentingnya sholawat. Menurutnya sholawat bisa membimbing pembacanya layaknya guru membimbing muridnya. Beliau juga menyampaikan, dalam hal fundamental seperti sholat terdapat di dalamnya sholawat, sesuatu yang tidak laku akan berharga dan bernilai bila di dalamnya ada sholawat.

Bapak Bupati Pamekasan, Badrut Tamam mengatasnamakan masyarakat Pamekasan, menyampaikan ucapan terima kasihnya, acara tersebut selaras dengan program Bupati, di mana beliau mengadakan kegiatan yang sama setiap malam Jum’at di pendopo. Ia ingin daerah yang dipimpinnya secara khusus, Jawa Timur dan Indonesia secara umum menjadi baldatun toyyibatun warabbun ghofur.

Panitia Harlah Sholawa Nariyah juga mengadakan penggalangan dana untuk pembangunan masjid, terkumpul dana sebanyak 49.200.000,- Semoga menjadi tabungan akhirat. (*)

Mengenal Lebih Dekat Habib Abdul Qadir Ba’abud

Pamekasan- Puncak rangkaian Milad ke-46 PP Nurul Muttaqin Sumber Sari akan berakhir pada Senin, 20 Say’ban 1444 H/ 13 Maret 2023 M, dengan menghadirkan addaa’i ilaa rahmatil-Allah Habib Abdul Qadir Bin Zaid Ba’abud.

Beliau lahir di Turen, Malang, 26 Juni 1984. Menyelesaikan pendidikan di PP Azzahir Kraksan, Probolinggo lalu melanjutkan studinya di Darul Mustofa, Tarim, Hadramaut, Yaman, asuhan dari Alhabib Umar Bin Hafidz.

Kecintaannya pada Tarim sebagai Kota Seribu Wali dan penghasil ulama kalangan habaib menggerakkan dirinya untuk mendirikan Kampung Tarim Probolinggo.

Habib Abdul Qadir Ba’abud dikenal sebagai dai, pendakwah dengan ratusan ribu penggemar. Materi dakwahnya yang mudah dipahami, logat khas yang diselingi candaan, pemberian hadian kuis di akhir majelisnya menginspirasi masyarakat luas baik secara langsung atau melalui dunia maya. Dakwahnya diterima luas baik dikalangan muda, dewasa, orang tua untuk bertaubat atau kembali kepada Allah, beribadah dengan tekun, giat mengejar amalan kebaikan.

Aktivitas keseharian beliau adalah pengasuh Ribath Taqwa, Pondok Pesantren Ummul Hajun, dan majelis Ta’lim Nurul Mustofa, Probolinggo.

Semoga kita semua bisa istifadah ilmu, memetik mutiara hikmah darinya, belajar dari perjalanan hidupnya, mendapatkan siraman barokahnya. (*)

Wajibkah Kuda Dizakati?

 

Pertanyaan

Kenapa kuda tidak wajib dizakati? Apa alasannya dalam perspektif pandangan agama? (Roni M, Panaguan)

Jawaban

Seperti yang sudah diketahui bersama bahwa zakat hewan ternak ada tiga macam.

1. Unta

2. Sapi (Kerbau)

3. Kambing

Selain tiga hewan di atas maka tidak wajib dizakati seperti kuda, keledai, bagal (peranakan kuda dan keledai). Nabi Muhamad saw bersabda, “Tidak ada dalam budak dan kuda shadaqah.”

Ketidak wajiban di atas karena fungsi kuda itu sendiri untuk zinah (perhiasan), isti’mal dipergunakan (transportasi) bukan untuk diperkembangkan.

Akan tetapi kuda, bagal, keledai bisa wajib zakat apabila diperdagangkan. Dengan artian kewajiban zakat bukan karena hewannya tetapi karena status diperdagangkan.

المهذب، الجزء الاول، ص ١٤١

فَصلٌ وَلَا تَجِبُ فِيمَا سِوَی ذٰلِكَ مِنَ المَوَاشِي كَالخَيلِ وَالبِغَالِ وَالحَميرِ لِمَا رَوَی أَبُو هُرَيرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صلی الله عليه وسلَّم قَالَ: لَيسَ عَلَی المُسلِمِ فِي عَبدِهِ وَلَا فَرَسِهِ صَدَقَةٌ، وَلِأَنَّ هَذَا يقتنی للزِّينَةِ وَالإستِعمَالِ لَا لِلنَّمَاءِ

الفقه الإسلامي وأدلته، الجزء الثاني، ص ٧٥٨

لَا شَيئَ مِنَ الزَّكَاةِ فِي البِغالِ إجمَاعًا إلا أن تَكُونَ لِلتِّجَارَةِ، لِأنَّهَا تَصِيرُ مِنَ العُرُوضِ التِّجَارِيَّةِ. وَتَجِبُ الزَّكَاةُ أيضًا فِي الخَيلِ إن كَانَت لِلتِّجَارَةِ بِلَا خِلَافٍ

Batalkah Makan Atau Minum Pada Waktu Puasa Karena Lupa?

 

Pertanyaan

Bagaimana hukum makan atau minum pada waktu puasa dikarenakan lupa? Batalkah? (Abdullah Umar٫ Panaguan)

Jawaban

Seseorang yang lupa makan dan minum pada waktu puasa tidak membatalkan puasanya. Ketika ingat ia secepatnya harus mengeluarkan sisa yang ada di mulut, kemudian menyempurnakan puasanya dan tidak harus mengqada’, sesungguhnya yang demikian Allah memberinya makan dan minum.

Namun bagaimana jika yang dimakan banyak, apakah membatalkan? Ulama Syafiiyah berbeda pendapat.

Pertama: puasanya tidak batal jika memang lupa walaupun banyak karena umumnya hadist yang diriwayatkan shahihain.

Kedua: puasanya batal. Lupa makan dengan porsi banyak sesuatu yang jarang dan langka. Difinisi banyak di sini adalah tiga suapan ke atas.

المهذّب، ١، ص: ١٨٣

فصلٌ) وَإن فَعَلَ ذٰلِكَ كُلَّهُ ناسِيًا لَمْ يَبطُلْ صَومُهُ لِمَا رَوَی أبو هريرةَ أنَّ النَبِيَّ صلَّی اللهُ عليه وسلّمَ قَالَ: مَن أكَلَ نَاسِيًا أو شَرِبَ نَاسِيًا فَلَا يُفطِرُ فَإنَّمَا هُوَ رِزقٌ رَزَقَهُ اللهُ تَعَالی، فنص علی الأكلِ والشُربِ وَقِسنا عليهِما كُلَّ ما يبطُلُ الصومَ مِنَ الجماعِ وغيرِه

مغني المحتاج، ١, ص ٥٧٥

وَإن أكَلَ ناسِيًا لَم يُفطِر لِخَبَرِ الصَّحيحينِ: مَنْ نَسِيَ وَهُوَ صَاۡئِمٌ فَأَكَلَ أو شَرِبَ فَليُتِمَّ صَومَهُ فَإنَّمَا أطعَمَهُ اللهُ وَسَقَاهُ. وَفي صحيحِ ابنِ حِبّانَ وغيرِه: وَلَا قَضَاءَ عَليهِ ولَا كَفَّارَةَ. (إلَّا أن يَكثُرَ فيُفطِرُ في الأصحِّ لِأنَّ النِسيانَ مَعَ الكَثرَةِ نَادِرٌ، وَلِهٰذا بَطَلَتِ الصّلَاةُ بِكَثيرِ الكَلَامِ ناسيًا دُونَ قليلِهِ. والكَثيرُ كما في الأنوارِ ثَلَاثُ لُقَمٍ. قُلتُ: الأصحُّ المنصوصُ وقَطَعَ بِهِ الجُمهورُ لَا يُفطِرُ، واللهُ أعلمُ لِعمومِ الخبرِ المَارِّ

حاشية الباجوري، ١, ص ٢٨٩

قولُه فإن أكَلَ ناسيًا أي  أو شَرِبَ كذٰلِكَ وقولُه لَم يُفطِر أي وَإن كَثُرَ لِخبرِ الصحيحين

JUARA UMUM MUSAMMA

Pameksan- Ahad, 15 Januari 2023 merupakan hari yang istimewa di pembukaan tahun baru, di mana delegasi PP Nurul Muttaqin Sumber Sari untuk ketiga kalinya meraih Juara Umum Musamma Sidogiri  U-4 Wilayah Pamekasan-Sumenep yang dilaksanakan di PP Jabal Fuqora’ Ila Rahmatillah Todungih. Lomba diikuti oleh sekitar 29 madrasah dan pondok pesantren.

Sebelumnya utusan PP Sumber Sari pernah menjuarai ajang yang sama, tepatnya di PP Miftahul Ulum Kebun Baru pada tahun 2008, dan di PP Miftahul Ulum Sumur Tengah tahun 2014.

Ada delapan cabang lomba yang diperebutkan pada perlombaan tersebut, di mana delegasi PP Nurul Muttaqin meraih tiga juara lomba sebagaimana berikut:

1. Juara I Cerdas Cermat (Hamdani, Ikmal, Arif)

2. Juara I Kuis Pendidikan (Syafii, Maulana)

3. Juara 2 Muhafadhoh (Noval Hasin)

Sebelum kompetisi tersebut berlangsung, Pengurus Pondok Pesantren jauh-jauh hari sebelumnya sudah membentuk panitia dan kordinator dengan persiapan yang maksimal.

Semoga torehan kesuksesan ini berlanjut ke tahun-tahun selanjutnya. (*)

Tempat Tinggal Perempuan Yang Ditalak

Pertanyaan

Dalam suatu kasus, pasangan suami istri membangun mahligai rumah tangga dengan baik, dalam perjalanannya karena suatu hal keduanya harus mengakhiri hubungan dengan talak tiga (bain). Pertanyaannya, di mana perempuan tersebut melaksanakan iddah, apakah di rumah orang tua atau di tempat suami mengingat sudah tidak ada hubungan? (Samsuri & Hasin, Panaguan)

Jawaban

Tempat pelaksanaan iddah yaitu di tempat terjadinya talak atau di tempat suami, bukan di tempat orang tua sampai selesainya iddah, baik talak merupakan talak raj’i yang bisa dirujuk, cerai mati, atau talak bain yang tidak bisa kembali. Bahkan jika perempuan tersebut hamil maka ia berhak mendapatkan nafkah.

Namun demikian harus ada penutup antara tempat lelaki dengan perempuan yang ditalak bain dan haram melihat dan bersama keduanya karena statusnya adalah ajnabiyah.

Adapun kebiasaan yang terjadi di mana perempuan yang ditalak keluar dari rumah pasangan suami istri disebutkan dalam kitab Fiqhul Islami sebagai kebiasaan yang bertentangan dengan nash.

مغني المحتاج، ج ٣، ص ٤٩٠

في سُكنی المعتدَّةِ ومُلازمتِها مَسكنَ فِراقِها (تجبُ سُكنی لمعتدةِ طلاقٍ) حائلٍ او حاملٍ (ولو بائنٌ) أي ولو وهي بائنٌ ويَستَمِرُّ سُكناها إلی انقضاءِ عِدتِها لقوله تعالی (أَسْكِنُوهُنَّ مِن حَيثُ سَكَنتُمْ) الطلاق :٦ وقولِه تعالی (لَا تُخْرِجُوْهُنَّ مِن بُيُوتِهِنَّ) الطلاق :١ أي بيوتِ أزواجِهِنَّ

الفقه الإسلامي وأدلته، ج ٧، ص ٦٢٢

ولَا عِبرةَ بِالعُرفِ القائمِ الآنَ مِن خُروجِ المُطَلَّقَةِ مِن بيتِ الزوجيةِ فهو عُرفٌ مُصادِمٌ للنصِّ القرأنِ السابقِ: لَا تُخرِجُوهُنَّ مِن بُيُوتِهِنَّ

التقريب، ٥٠

وَيَجِبُ لِلمُعتدةِ الرجعيةِ السُكنٰی والنفقةُ ويجبُ لِلبائنِ السكنٰی دُونَ النفقةِ إلا أن تكونَ حامِلا

فتح المعين، ١١٧

وتجبُ علی المُعتدَّةِ بالوفاةِ وبِطلاقٍ بائنٍ أو فسخٍ مُلازمةُ مَسكَنٍ كانت فيه عند الموتِ أو الفرقةِ