Kedisiplinan Rasulullah Dalam Berpuasa Sunnah

Puasa Nabi Menurut Kedua Istrinya

عن حفصة قالت: أَربَعٌ لَم يَكُن يَدَعُهُنَّ النَّبِيُّ صلّی اللهُ عليه وسلّم صِيَامَ عَاشُورَاءَ، وَالعَشرَ، وَثَلَاثَةَ أَيّامٍ مِن كُلِّ شَهرٍ، وَرَكعتَينِ قَبلَ الغَدَاةِ

Dari Hafshah ra (putri Umar Al Khattab) berkata, “ada 4 perkara yang tidak ditinggalkan Nabi: puasa Asyura’ (10 Muharram), sepuluh hari pertama (bulan Dzul Hijjah), tiga hari di setiap bulan (Ayyamul bidh: tgl 13, 14, 15), dua rakaat sebelum subuh.”

سُنَن النَّسَائِي: الجزء الاول، حديث ٢٤٢٨

عن عائشة قالت: كَانَ النَّبِيُّ صلّی الله عليه وسلّم يَصُومُ الإِثنَينِ وَالخَمِيسَ

Dari Aisyah ra (putri Abu Bakar) berkata, “Nabi Saw biasa puasa Senin dan kamis.”

سُنَن النَّسَائِي: الجزء الاول، حديث ٢٣٧٦

Di sini bisa disimpulkan, kedisiplinan  puasa sunnah Nabi saw:

1. Bersifat tahunan (Asyuara’, 10 hari pertama Dzul Hijjah);

2. Bersifat Bulanan (3 hari setiap bulan);

3. Bersifat mingguan (Senin-Kamis).

Semoga kita semua dapat meneladaninya.

(*)

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *