Kemuliaan Diri Seseorang

Tiga Tingkatan Kemuliaan

Al-Imam (Al-Haramain Al-Juwaini) dan Al-Ghazali berkata:

Kemulian jiwa seseorang dilihat dari tiga arah: 1. Jiwa yang bersambung dengan nasab Rasulullah Saw, maka kemuliaannya tidak dapat ditandingi oleh siapapun;

2. Jiwa yang berhubungan dengan para ulama sebagai pewaris Nabi, di mana Allah Swt menguatkan kelestarian agama Muhammadiyah;

3. Jiwa yang berhubungan dengan orang-orang shaleh dan orang-orang yang bertakwa. Allah berfirman, “Dan ayah dari kedua anak tersebut adalah seorang yang shaleh.”

Kedua Imam tersebut berkata, “Tidak ada kemuliaan diri seseorang yang dikaitkat dengan orang-orang yang diagungkan dalam urusan dunia dan penguasa yang dzalim, meskipun banyak orang-orang yang membanggakannya.”

ترشيخ المستفيدين، السيد علوي إبن السيد أحمد السقاف: ٣١٧-٣١٨

فائدة: قالَ الإمامُ والغزاليُّ شرفُ النفسِ من ثلاثِ جهات، إحداها الإنتماءُ إلی شجرةِ رسولِ الله فلا يعادلُه شيئٌ، الثانيةُ الإنتماءُ إلی العلماءِ فإنهم ورثةُ الأنبياءِ صلواتُ اللهِ وسلامهُ أجمعين وبهم ربطَ اللهُ تعالی حفظَ الملةِ المحمديةِ، والثالثةُ الإنتماءُ إلی اهلِ الصلاحِ المشهورِ والتقوی، قالَ اللهُ تعالی وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا، وَلا عبرةَ بالإنتسابِ إلی عُظماءِ الدنيا والظلمةِ المستولين علی الرقابِ وإن تفاخرَ الناسُ بهم

Kitab Tarsyihul Mustafidin merupakan kitab legendaris yang sering dijadikan referensi (maraji’) dalam kajian bahtsul masail dan literatur hukum dalam pembahasan masalah hukum waqiiyah di tengah-tengah umat.

Kitab yang menjadi penjelas (hasyiah) dari kitab Fathul Mu’in ini menjadikan kitab karya Syech Zainuddin Al Malibari tersebut terurai dan tersampaikan dengan baik, yang sulit menjadi mudah, yang global menjadi sangat gamblang dengan diperkaya beberapa kutipan-kutipan penting.

Seperti diketahui bahwa kitab Fathul Mu’in menjadi perhatian para ulama, diperjelas dan dipertajam pembahasannya dalam (hasyiah) oleh:

1. Sayiyd Bakri Bin Sayyid Muhamad Syatha dalam kitab I’anatut Tholibin (akan dibahas di lain kesempatan).

2. Sayyid Alawi Bin Sayyid Ahmad Assegaf dalam kitab Tarsyihul Mustafidin.

Di antara karya dari beberapa karya kitabnya yang terus dicetak dan diperbanyak.

Sayyid Alawi Bin Sayyid Ahmad Assegaf Baalawi pengarang dari kitab Tarsyihul Mustafidin ini hidup di dua abad berbeda, yaitu pada abad 13 dan 14 hijriyah, tepatnya pada kurun waktu 1255-1335 H. Beliau merupakan seorang yang alim dan terkemuka di zamannya, faqih dalam madzhab Syafii, muallif kitab dari beberapa disiplin ilmu, di antaranya fiqh, faraid, tarikh, falak, nasab, dll.

sumbersari.net

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *