Memilih Pemimpin*

Jika tidak ada aral melintang, Rabu besok (14/2/24) akan ada hajatan dan pesta besar, yaitu pemungutan surat suara Pemilu 2024, di mana hal krusial dan mendasar dari pemilihan lainnya adalah pemilihan presiden dan wakil presiden untuk menahkodai kapal besar bernama Indonesia untuk masa lima tahun mendatang.

Masih ada waktu beberapa jam ke depan bagi para swing voters (pemilih beralih), undecided voters (pemilih belum menentukan sikap) untuk berpikir dan menimbang ulang siapa kira-kira nahkoda dari ketiga calon yang ada untuk membawa rumah besar Indonesia yang luas teritorialnya dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Rote dengan jumlah 278,6 juta penduduk jiwa?

Dalam sebuah kompetisi, menang kalah adalah keniscayaan dan hukum pasti. Tugas kita bagaimana berusaha sekuat tenaga untuk menggapai hasil yang maksimal. Perjuangan tidak harus menang, setidaknya sudah berikhtiar melewati tahapan demi tahapan dari sebuah proses panjang.

Dengan memenangi pertarungan seseorang belajar bersyukur, dengan menelan kekalahan ia belajar untuk bersabar. Yang kalah belajar berdiri tegak, yang menang menahan diri dari euforia berlebihan. Tidak ada yang sia-sia dalam berjuang, terdapat hikmah besar yang dapat diambil dari keduanya.

Dalam memilih pemimpin ada sebuah do’a yang diajarkan:

اللَّهُمَّ لَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَنْ لَا يَخَافُكَ وَلَا يَرْحَمُناَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينْ

“Ya Allah, janganlah kuasakan (penguasa) kepada kami karena dosa-dosa kami, orang yang tidak takut kepadaMu dan tidak belas kasihan kepada kami, wahai dzat yang berbelas kasihan.”

Dari redaksi do’a di atas, setidaknya ada 2 kriteria seorang pemimpin yang ideal dan layak menjadi referensi dalam memilih:

1. Orang beriman (من يخافك), yaitu berdasar keyakinan yang kuat, spritualitas yang tinggi, pengetahuan yang mumpuni, taat dan mempunyai rasa takut terhadap Sang Pencipta.  Pemimpin yang memenuhi kriteria ini akan menjalankan roda kepemimpinannya pada rel dan aturan yang benar, membawa gerbong lokomotifnya tanpa ogal-ogalan, berlayar mengantarkan para penumpangnya menuju pulau impian, baldatun toyyibatun wa rabbun ghafur. 

2. Peduli dan merakyat (من يرحمنا). Pemimpin dengan kriteria ini punya keberpihakan pada rakyat lemah, mengayomi pada semua golongan, berempati dengan tulus, tidak menindas dan dzalim pada rakyat jelata. Hukum berlaku tidak seperti sebilah pisau, tajam ke bawah tumpul ke atas.

Pertanyaannya kemudian, siapa dari ketiga paslon yang layak menjadi pemimpin idealis masa mendatang? Jawabannya ialah setiap paslon yang mendekati kriteria di atas, berkomitmen untuk membawa indonesia menjadi negeri yang maju, makmur, berkeadilan sosial, menjaga persatuan dan melindungi segenap warganya dari kemiskinan dan keterbelakangan.

Dalam memilih bagaimana obyektifitas pilihan tidak berdasarkan kepentingan sesaat, politik uang, pencitraan semu, gimmick yang terkesan main-mainan. Semoga negeri kita aman, tentram dan kondusif, dilindungi dari segala mara bahaya, perpecahan disentegrasi dan polarisasi antar umat.

* Penulis Adalah Pengasuh PP Sumber Sari

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *