Oleh : Moh. Bakar
(Sumbersarian, Ketua Forum Studi Keluarga Madura (FOSGAMA) Mesir)
Universitas Al-Azhar Kairo, sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam tertua dan paling bergengsi di dunia, memiliki peran sentral dalam mencetak generasi muda muslim yang berkualitas. Dari beberapa negara yang mengirimkan mahasiswa atau pelajar ke Universitas Al-Azhar, mahasiswa Indonesia termasuk mahasiswa terbanyak dari negara lainnya. Namun, seperti halnya lembaga pendidikan lainnya, Al-Azhar juga tidak luput dari berbagai tantangan, termasuk krisis yang dapat menimpa para mahasiswanya. Krisis ini bisa berupa masalah akademik, finansial, psikologis, hingga sosial.
Penulis mendampingi KH. Achmad Ghazali (PP Al-Mubarok Lanbulan Sampang) dalam sebuah acara.
Dalam konteks yang demikian, pendampingan menjadi kunci untuk menyelamatkan masa depan para mahasiswa Al-Azhar, utamanya mahasiswa Indonesia yang memiki kuantitas terbanyak, tentunya diharapkan pendampingan yang berkualitas pula. Sehingga, terdapat keseimbangan dalam melanjutkan regenerasi yang unggul. Pendampingan yang komprehensif tidak hanya berfokus pada aspek akademik, tetapi juga memperhatikan aspek ekonomi, psikologis dan sosial. Tujuannya adalah untuk membantu mahasiswa mengatasi kesulitan yang mereka hadapi, sehingga mereka dapat melanjutkan studi dan mencapai potensi maksimal.
Memberikan piagam kelulusan
Tantangan Yang Dihadapi Mahasiswa
Mahasiswa Al-Azhar, khususnya mereka yang berasal dari negara Indonesia maupun luar Mesir lainnya (red: waafidin) seringkali menghadapi berbagai tantangan unik. Beberapa di antaranya adalah:
1. Beban akademik yang tinggi. Kurikulum Al-Azhar yang mendalam, terutama dalam bidang agama, menuntut mahasiswa untuk memiliki kemampuan akademik yang sangat baik. Tentunya, hal tersebut akan dipertanyakan oleh masyarakat ketika sudah selesai studi guna menjalankan amanah yang sudah diberikan oleh Al-Azhar dalam menyebarkan ilmu. Oleh karena itu, mahasiswa berupaya dan berusaha untuk memperdalam keilmuannya selama di Mesir.
2. Adaptasi budaya. Bagi mahasiswa asing, adaptasi dengan budaya Mesir dan lingkungan akademis di Al-Azhar bisa menjadi tantangan tersendiri. Sekalipun terdapat beberapa budaya yang juga terdapat kemiripan dengan yang ada di Indonesia.
3. Kendala bahasa. Kendala bahasa Arab, terutama bagi mahasiswa yang bukan penutur asli, dapat menghambat proses pembelajaran. Oleh karena itu, calon mahasiswa (CAMABA) tersebut dituntut untuk memiliki bekal dan memperdalam bidang bahasa dan linguistik Arab. Sekalipun ketika berbaur dengan masyarakat sekitar, mereka condong menggunakan bahasa lokal (‘Ammiyah). Akan tetapi penggunakan bahasa Arab resmi digunakan dalam interaksi antar mahasiswa, baik penutur Arab asli maupun Non Arab, atau interaksi dengan dosen, begitupula digunakan dalam kitab-kitab dan buku-buku diktat kampus yang secara umum menggunakan bahasa Arab resmi (Fusha).
4. Tekanan psikologis. Harapan tinggi dari keluarga, masyarakat, dan diri sendiri untuk meraih prestasi akademik yang baik dapat menimbulkan tekanan psikologis yang signifikan. Oleh karena itu, perlu adanya menjaga dan mengontrol mental dan emosional secara terus-menerus dengan cara olahraga ringan, bersosial yang baik, dan bimbingan.
5. Masalah finansial. Biaya hidup di Kairo yang semakin tambah berjalannya waktu sudah mulai relatif tinggi, ditambah dengan kurs mata uang yang fluktuatif, dapat menjadi beban finansial bagi banyak mahasiswa.
Momen mengantarkan mahasiswa pulang ke tanah air
Pentingnya Pendampingan
Pendampingan yang efektif dapat membantu mahasiswa Al-Azhar mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi. Beberapa manfaat dari pendampingan tersebut antara lain:
– Meningkatkan prestasi akademik. Pendamping dapat membantu mahasiswa memahami materi kuliah atau keilmuan secara umum dengan lebih baik, sehingga meningkatkan prestasi akademik mereka.
-Meningkatkan kesehatan mental. Pendamping dapat memberikan dukungan emosional dan membantu mahasiswa mengatasi masalah psikologis yang mereka hadapi.
-Memperkuat jaringan sosial. Pendamping dapat membantu mahasiswa membangun jaringan sosial yang positif, sehingga mereka merasa lebih terintegrasi dalam lingkungan kampus maupun luar kampus.
-Meningkatkan kepercayaan diri. Pendamping dapat membantu mahasiswa membangun kepercayaan diri, sehingga mereka lebih berani untuk menghadapi tantangan.
Membersamai KH. Muhamad Rofi’i Baidhowi (Banyuanyar) di bangunan bersejarah kuno Piramida Mesir
Model Pendampingan Yang Efektif
Beberapa model pendampingan yang dapat diterapkan di Al-Azhar antara lain:
-Pendampingan senioritas. Mahasiswa senior yang telah berhasil mengatasi berbagai tantangan dapat menjadi pendamping bagi mahasiswa baru, supaya mahasiswa lebih terarah dan sistemastis dalam menjalankan studinya, baik pendampingan secara personal, komunitas, almamater, maupun kekeluargaan (sesuai asal Provinsi di Indonesia).
-Pendampingan oleh dosen. Ia dapat berperan sebagai mentor dan konsultan bagi mahasiswa dalam memberikan bimbingan akademik dan karir.
-Pendampingan oleh psikolog. Ia dapat memberikan konseling kepada mahasiswa yang mengalami masalah psikologis.
-Pendampingan berbasis komunitas. Mahasiswa dapat didampingi oleh komunitas lokal, seperti organisasi mahasiswa atau lembaga sosial.
Tantangan Dalam Pendampingan
Meskipun penting, pendampingan mahasiswa Al-Azhar juga menghadapi beberapa tantangan, seperti kurangnya sumber daya, terbatasnya jumlah pendamping dan fasilitas pendukung. Perbedaan budaya, tantangan dalam memahami dan merespons kebutuhan mahasiswa dari berbagai latar belakang budaya. Stigma mahasiswa seringkali enggan mencari bantuan karena takut dianggap lemah.
Pendampingan mahasiswa Al-Azhar Kairo dalam krisis adalah investasi jangka panjang yang sangat penting. Dengan memberikan dukungan yang komprehensif, diharapkan dapat membantu mahasiswa mencapai potensi maksimal mereka untuk berkontribusi bagi kemajuan masyarakat.
Sumbersari.net