Amalan Lailatul Qadar
والحكمةُ في إخفائِها: أن يجتهدَ الناسُ في طلبِها، ويَجِدُّوا في العبادةِ طَمَعًا في إدراكِها، كما أُخفيت ساعةُ الإجابةِ يومَ الجمُعةِ. وأُخفي اسمُهُ الأعظمُ في أسمائِه، ورضاهُ في الحسناتِ، إلی غيرِ ذلكَ
والمستحبُّ أن يدعوَ المؤمنُ فيها بأن يقولَ: اللهمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ، تُحِبُّ العَفوَ، فَاعفُ عَنِّي
لِمَا رَوَت عائشةُ رضي اللهُ عنها قالَت: يا رسولَ اللهُ، أرأيتَ إن وَافَقتُ ليلةَ القدرِ. ما ذا أقولُ فيها؟ قال: قولي: اللهمِّ إنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ العَفوَ، فَاعفُ عَنِّي
Hikmah Disembunyikannya Lailatul Qadar: supaya orang-orang berusaha sekuat tenaga untuk mencarinya, giat beribadah karena rakus dalam meraihnya. Ia dirahasiakan sebagaimana dirahasiakannya waktu mustajabah pada hari Jum’at (agar berdo’a sepanjang hari), dirahasiakannya nama agung dari nama-nama agungNya (agar berdo’a dengan semua namaNya), sebagaimana juga dirahasiakannya keridhaanNya dalam kebaikan-kebaikan (agar tidak meremehkan ketaatan), dsb.
Adapun yang disunnahkan pada malam lailatul qadar, bagaimana berdo’a pada malam tersebut, “Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf, menyukai maaf, maka maafkanlah aku.”
Sebagaimana diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah, ia berkata, “Ya Rasullah, menurutmu jika aku mengetahui malam lailatul qadar, apa yang bisa aku ucapkan? Ia berkata, ucapkan: Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf, menyukai maaf, maka maafkan aku.”
(*)
Al Fiqhul Islami Wa Adillatuhu, Wahbah Azzuhaili, Juz 2, 505
Foto: Masjid Muhammad Cheng Hoo, Surabaya