Ada 5 Hukum Dalam Membaca Bismilah Menurut Sayyid Ahmad Bin Umar Assyatiri
1. Wajib, seperti dalam sholat;
2. Haram terhadap yang diharamkan, seperti meminum khamr;
3. Disunahkan atas setiap sesuatu yang baik, seperti hal yang dianjurkan syariat semisal whudu’, mengarang kitab yang bermanfaat, dll;
4. Makruh terhadap yang dimakruhkan, seperti saat melihat hal yang dimakruhkan;
5. Boleh (mubah) terhadap sesuatu yang mubah yang tidak ada kemuliaan di dalamnya, semisal memindah sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya.
نيل الرجاء، السيد احمد بن عمر الشاطري باعلوي: ٩٤-٩٥
وللبسملةِ خمسةُ أحكامٍ
١- الوجوبُ، كما في الصَّلاةِ
٢- والحرمةُ علی المحرَّمِ لذاته، كشرب الخمرِ
٣- والندبُ علی كلِّ أمرٍ ذي بالٍ، أي حالٍ يُهتمُّ به شرعًا، كالوضوءِ، وكتأليفِ الكتبِ النَّافعةِ، كما تقدَّمَ
٤- والكراهةُ علی المكروهِ لذاتِهِ، كنظرِ ما يُكرهُ نظرُهُ
٥- والإباحةُ علی المباحاتِ التّي لا شرفَ فيها، كنقلِ متاعٍ من مكانٍ إلی اخرَ
Sayyid Ahmad Bin Umar Assyatiri Baalawi cukup produktif dalam menulis kitab. Ia tidak hanya mengarang kitab Nailaurraja’. Di antara karya monumentalnya adalah kitab Al Yaqutunnafis, kitab yang dianggap baik penyusunannya dan menjadi pegangan para pengajar dan pelajar, ia juga menulis Ta’liqat penting pada kitab Bughyatul Musytarsidin karya Sayid Abdurrahman Al Masyhur yang tidak lain adalah orang tua dari gurunya, Sayyid Alawi Bin Abdurahman Al Masyhur.
Sehigga tidak diragukan lagi, betapa besarnya sumbangsih saadah Baalawi pada khazanah keilmuan. Diakui atau tidak, mereka telah mewarnai cakrawala pengetahuan umat manusia, menapaki jalan titian yang mulai, menyampaikan risalah, menasehati umat ke jalan yang diridhai Allah.
sumbersari.net