Sastrawan Yang Memilih Hidup Sederhana

SUMENEP- Nama D. Zawawi Imron tidak asing lagi di telinga. Ia menjadi kebanggaan masyarakat Madura, berkiprah baik di kancah Nasional maupun Internasional. Sampai saat ini ia masih konsisten membaca puisi, mengisi orasi kebudayaan, seminar, ceramah dan sebagainya.

“Saya lahir pada tahun 1943, baru saja merayakan tahun kelahiranku yang ke 80,” tuturnya saat ditemui sumbersari.net di kediamannya yang sederhana.

Budayawan peraih penghargaan  The S.E.A Write Award dari kerajaan Thailand ini memang tidak muda lagi, usianya lebih tua dari usia Republik Indonesia. Meskipun demikian, beliau masih sehat bugar, energik memenuhi undangan ke beberapa daerah.

“Dari dulu saya lebih senang bersepeda,” lanjutnya dengan bahasa Madura yang halus.

 

Kediaman Sang penyair bernuansa pedesaan yang tenang dan damai

Penyair yang dikenal Si Celurit Emas berkat bukunya Celurit Emas (1980) tinggal di Batang-Batang, Sumenep, tepatnya sebelah timur daya Kota Keris, kurang lebih 22 km.

Keberadaan Desa yang damai, tenang penuh keakraban menginspirasi Sang penyair merangkai kata demi kata menjadi puisi yang indah, menggambar suasana pedesaan ke dalam kanvas lukisan yang menarik.

Sajak-sajak D. Zawawi Imron yang menarik sering dipakai di setiap perlombaan antar pelajar, pemuda dan masyarakat luas. Puisinya yang berjudul Ibu bahkan dihafal luar kepala, beberapa sajaknya diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris, Belanda, Bulgeria.

sumbersari.net

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *